Sabtu, 17 April 2010

Kota Batu : Kota Apel atau Kota Wisata



Kota Wisata Batu??????

Itulah yang kini sedang dipromosikan dengan gencar oleh pemerintah kota batu sendiri. Memang sebagai kota yang memiliki lokasi dan keindahan alam yang cukup menakjubkan, Kota Batu memiliki potensi tersendiri untuk menjadi tempat berwisata. Sambut bergayung, niat Pemerintah Kota Batu untuk menjadikan kota ini kota wisata disambut baik oleh berbagai investor, baik dari lokal, nasional, bahkan internasional pun tertarik untuk menanamkan sahamnya di kota ini. Hal ini dapat terlihat jelas manakala berbagai proyek pembangunan obyek wisata berskala besar dan prestigious didirikan di kota ini. Sebut saja Jawa Timur Park (2004), Batu Night Spectacular (2008), dan Taman Satwa (2009).

Keadaan ini tentu sangatlah bagus terutama untuk sebuah kota yang baru berumur 7 tahun. Tapi di sisi lain Kota Batu seolah mulai melupakan ciri khas utamanya, Kota Apel. Apel yang dulunya menjadi komoditas utama kota ini kini mulai ditinggalkan penduduk dan pemerintah. Hal ini terlihat ketika kita bertanya ke seorang penjaja apel di tepi jalan, dia berkata bahwa apel yang dia jual bukanlah berasal dari Kota Batu. Bukti lain adalah semakin sepinya (kalau tidak mau dibilang tutupnya) Pasar Khusus Apel, yang berlokasi di salah satu sudut Pasar Besar Kota Batu. Alokasi wilayah untuk pertanian (khususnya pertanian apel) juga semakin terbatas dan berkurang karena banyaknya lahan yang dipakai untuk pendirian lokasi wisata baru.

Sebenarnya fenomena ini mulai terlihat sejak didirikannya Jawa Timur Park (2004). Sebagai obyek wisata baru, JTP bisa dibilang merupakan revolusioner di bidang Pariwisata. Mulai dari investasi yang cukup tinggi, omset pemasukan yang "wah", luas yang sangat megah, dan pemilihan lokasi yang brilian. Pemilihan Lokasi bisa dibilang sangat brilian karena lokasi JTP tidak berada di daerah yang memiliki pemandangan maupun jalan masuk yang strategis. Seolah menjadi pioner yang berhasil. Jalan serupa (pemilihan lokasi) juga kemudian diikuti oleh pendirian BNS dan Taman Satwa.

Hal lain yang menjadi faktor begitu pesatnya pertumbuhan kota wisata batu adalah kebijakan pemerintah yang seolah "Open Policy" terhadap semua investasi yang masuk ke kota ini. Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Sisi positifnya adalah semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung, pemasukan daerah meningkat tajam, dan masyarakat kota batu mendapatkan lapangan pekerjaan baru. Sedangkan dampak negatifnya adalah terciptanya kesenjangan sosial dan perubahan kultur masyarakat, yang mulai melupakan sisi religiusitasnya. Semakin terkenalnya kawasan Songgoriti sebagai kawasan "XXX" adalah contoh nyata untuk hal ini.

Sebenarnya baik "Kota Apel" maupun "Kota Wisata", merupakan tujuan yang baik selama dalam hal pelaksanaannya tidak melupakan aspek-aspek kemanusiaan dan pemerataan kesejahteraan. Tetapi akan cukup disayangkan bila pondasi "Kota Wisata" didirikan dengan cara menghancurkan ciri khas utama Kota Batu sebagi "Kota Apel"

Tidak ada komentar: