Minggu, 18 April 2010

UMM : Kampus Unggulan atau Kampus Mercusuar???

Artikel ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan pihak terkait, tetapi sebagai saran dan masukan agar UMM dapat menjadi kampus unggulan yang sebenarnya.

Universitas Muhammadiyah Malang beberapa tahun terakhir terus berkembang menjadi salah satu kampus ternama, tidak hanya di lingkup regional tetapi juga telah mampu menembus skala Nasional bahkan Internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang dianugerahkan kepada “Kampus Putih” ini. Mulai dari Anugerah Kampus Unggulan (AKU), Kampus Penerima Hibah Dikti Terbesar (Ranking ke-7), Juara 1 Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) 2009, sampai Juara II Energy Award (melalui proyek PLTMH UMM) di Tingkat ASEAN.Acara-acara berskala Nasional pun sering memperyacakan “Kampus Putih” sebagai pelaksananya, sebut saja Milad 1 Abad Muhammadiyah dan Kontes Robot Indonesia 2010 yang akan dilaksanakan beberapa bulan terakhir ini. Pembangunan berbagai proyek dan fasilitas, baik yang berorientasi langsung terhadap bidang pendidikan maupun tidak, juga seolah tak berhenti dilakukan kampus ini, mulai dari Pembangunan DOME, Hotel, Rusunawa, Rumah Sakit, dan SPBU.

Sebagai seorang mahasiswa kampus setenar dan semodern UMM, tentu saja kebanggaan akan dengan mudah didapatkan. Hal itu pula yang awalnya membuat saya percaya dan memilih UMM sebagai tempat saya menjalani pendidikan jenjang sarjana. Beberapa bulan pun berlalu dari pertama kali saya menginjakkan kaki di UMM, permasalahan dan ketidaksesuaian antara kesan dari luar dan realita dalam kampus seolah mulai saya sadari. Beberapa faktor seperti :

1. Tenaga Pengajar, faktor ini meliputi :
a. Tingkat kemampuan tenaga pengajar yang kadang tidak sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan,
b. Tingkat keterlambatan dan ketidakhadiran dosen yang cukup tinggi,
c. Kesesuaian materi ajar dengan kurikulum.
d. Masih terdapatnya KKN (secara halus dan tidak langsung) dalam pemberian nilai. Hal ini terutama terlihat saat ujian seminar PKN dan Skripsi

2. Fasilitas Pendukung, meliputi :
a. Fasilithttp://www.blogger.com/img/blank.gifas laboratorium yang kurang memadai (terutama untuk jurusan-jurusan yang minim peminat),
b. Kurikulum dan bahan ajar yang kadang kurang representatif dengan perkembangan dunia kerja,
c. Literatur-literatur perpustakaan yang dirasakan kurang up to date ,
d. Sampai pada proyek e-learning yang telah menghabiskan banyak dana (walaupun sampai saat ini tidak ada hasil nyatanya)

3. Birokrasi Kampus, meliputi :
a. Masalah Keuangan, seperti : pemotongan dana beasiswa, alokasi dana kegiatan (organisasi)yang kurang memadai, pengucuran dana hibah penelitian, yang kadang masih terdapat potongan (walaupun saya tidak tahu itu pungli atau memang ada aturannya)
b. Masalah Akademik, seperti penghapusan dan pengkonversian mata kuliah, pengurusan nilai mata kuliah yang tidak keluar, maupun kurikulum yang kadang tidak sesuai dengan dunia kerja
c. Maupun untuk Masalah Birokrasi Umum, seperti : pengurusan surat-menyurat yang kadang sengaja dibuat rumit dan berbelit-belit

Seperti yang saya ungkapkan pada awal artikel ini, saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan UMM, yang notabene adalah kampus saya sendiri. Tetapi saya hanya mencoba memberikan saran dan bahan pertimbangan untuk pihak-pihak terkait (terutama untuk birokrasi kalangan atas) agar dapat melihat lebih dalam dan mendetail tentang permasalahan di tiap-tiap fakultas dan jurusan, yang kadang sengaja dimanipulasi untuk kepentingan sesaat. Pihak kampus sebaiknya tidak hanya memikirkan proyek-proyek pembangunan berskala “WAH” (untuk menarik minat calon mahasiswa dan masyarakat umum), yang kadang bahkan tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa itu sendiri, tetapi juga memikirkan kebutuhan-kebutuhan akademik praktis yang sebenarnya lebih dibutuhkan mahasiswa (terutama untuk fasilitas Laboratorium dan Alokasi Dana Penelitian) daripada proyek-proyek tersebut. Sebut saja lapangan sepak bola belakang yang menurut saya kurang bermanfaat bagi mahasiswa secara keseluruhan, tetapi bayangkan jika separuh saja dana alokasi untuk pendirian lapangan tersebut digunakan untuk perbaikan laboratorium dan pembaharuan literautr-literatur perpustakaan.

Dan semoga Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tidak menjadi “Kampus Mercusuar” (terlihat bagus dari luar tetapi bobrok di dalam), melainkan benar-benar menjadi “Kampus Unggulan” di Indonesia bahkan Dunia.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nice job!!!

Unknown mengatakan...

Semoga UMM tidak semakin bobrok